Sabtu, 31 Oktober 2009

kepercayaan penuh ???


Sekitar 1 minggu lalu kami berusaha bersabar dengan seorang pegawai (A) dari distributor buku yang terkenal dan termasuk terbesar di Indonesia ini.

Salah 1 contoh :
Bila kami bertanya," Apakah buku kami sudah ada di Bali ? "
dijawab (sangat "ketus") , "lihat saja sendiri di Bali".
Padahal pertanyaan itu untuk proses promosi kami di Bali, bila produk belum ada di toko kan promosi kami percuma / tidak efektif.

Contoh pertanyaan lainnya , "Buku tersebut ada dimana saja ?"
Apa salahnya bila klien menanyakan produknya ada di mana saja ?
maksud saya bukan duitnya tetapi sudah hampir 1 bulan ini buku kami sudah ada di toko mana saja dan kota mana saja ?
Padahal kami sudah berpromosi dan menunggu proses 2 bulan lebih tetapi belum ada di toko misal Toga Mas, padahal untuk masuk toko tersebut mereka menjanjikan waktu 1 bulan ke depan.

Dalam menjawab atau membalas email si A ini, kami berusaha merendahkan diri dan mengalah, tetapi si A ini kok semakin marah dan semakin memancing emosi dengan alasan tidak percaya penuh kepada mereka. Bahkan sempat mengancam " Jika Anda tidak terima, saya persilahkan mencari distributor lain. Dan mulai hari ini saya perintahkan semua anak buah saya untuk meretur (mengambil dan menegmbalikan) semua buku Anda dari toko. Jika Anda mau menuntut, kami siap ".

Lha... bila tidak pakai distributor ini apakah terus kami mati mampus gitu ?
Apapun keputusan kalian itu bukan hanya bertanggung jawab kepada kami,
tetapi juga kepada TUHAN dan Anda boleh tidak percaya.
Apakah tidak ada jalan lain selain melalui Anda ?

Apakah klien tidak punya hak tanya ?
Apakah bertanya itu = tidak percaya
Ada berapa macam atau tipe percaya ?
Apa itu arti percaya penuh ?
Apakah bila tidak percaya penuh terhadap manusia terutama di dalam bisnis,
itu suatu kesalahan fatal atau dosa suangat besar ???

Saya berusaha bersabar dan memaklumi si A ini sepertinya pemahaman bahasanya terlalu rendah.
Saya sampaikan hal ini kepada email bos si A, malah dibalas " Jangan mengadudomba, kami 1 tim ".
Wah... ini perusahaan sepertinya sangat bergengsi tinggi sangat amat, tapi ...
Bila mau mengadudomba, lalu apa untung kami ?
Kami hanya ingin kebijaksanaan bos ini apa bila ada problem klien dengan pegawainya ?
Itu saja. Malah ditamba-tambah tuduhan lainnya.

Kami sadar Anda bos besar, kaya, berkuasa, terhormat, tidak seperti
kami yang kecil, lebih miskin, tidak berdaya, tidak berkuasa seperti Anda bos !

55% dari harga buku, itu untuk distributor dan toko penjual. Di saat kami aktif pemasaran, mereka terus menerus berusaha menjaga gengsi bagaikan gunung, seakan-akan dibutakan bahwa kita harus bekerja sama. Sungguh memprihatinkan, mungkin si pegawai A ini hanya tau bahasa latin yang biasa dipakai gereja2 roma katolik daripada bahasa Indonesia atau bila ditinjau di status facebook nya sedang mengalami gangguan karna orang yang dia taksir akanmenikah dengan yang lain ?

http://breadwine.blogspot.com/2009/10/kami-tidak-munafik.html

Ada lagi bos C yang berdagang beras volume besar sekali, kerjanya tidak meninggalkan jejak karena tidak pernah tandatangan, bila ada itupun bagai "coretan cacing" belaka. Suatu ketika kami membutuhkan konfirmasi dari order (pesanan) yang dia minta agar dikemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman.

Si C ini menuduh kami kurang ajar dengan orang tua,
kami dianggap tidak percaya dia untuk melunasi uang sekian juta.

Apakah meminta konfirmasi pesanan itu = kurang ajar ?
Apakah meminta konfirmasi = meminta uang / pelunasan saat itu juga ?

Si C ini... pada awal perkenalan dengan bangga menyatakan dia ikut di gerej G (bergengsi).
Namun ketika kami menyatakan kami hanya kacung (suruhan) termasuk dengan TUHAN itu kami hanya kacung, dengan cepat sekali si C ini menyatakan "Jangan bawa-bawa TUHAN dalam bisnis".

uh... ternyata TUHAN dan gereja hanya merk, hanya aksessoris, hanya gengsi, hanya tempat manusia2 memelihara rutinitas dan kemunafikan ???


Ada pasangan E, wah... dengan bangga sekali menyatakan mereka bergereja di J yang besar dan terkenal, bahkan " Istri saya ikut Wanita Sejati".
Namun... E ini sudah terkenal banyak hutang dimana-mana tapi tidak punya niat baik untuk melunasi, naiknya saya mobil Rp.250 juta. Pakaiannya saja uh... seperti pejabat.
Bahkan si suami bersaksi " Kata pak pendeta, bila mau jadi kaya maka berlagak kaya dulu, nanti lama-lama akan menjadi kaya betulan ". Kami jawab," Ah... itu kan katamu sendiri ". E jawab," Benar kata pak pendeta ". (oknum pendeta sesat di institusi yang dianggap benar oleh dunia).

Tampaknya semakin banyak manusia "menyimpang" dan kejam di dunia ini , fakta.
Selain banyaknya manusia kesepian tetapi tidak mau atau malas mengenalNYA.
Banyak manusia bodo tetapi malas belajar, malas membaca dan malas mendengarkan.


Ada grup perhotelan yang terkenal di Indonesia ini.
Sukanya memupuk hutang para penyuplai dan pelunasannya diperlambat diperlama diulur-ulur.

Dalam posisi ekonomi, para penyuplai ini tentu pengusaha kecil dan menengah ya jauh dengan pengusaha perhotelan yang bisa dianggap konglomerat. Namun... fakta nya adalah si kaya semakin menindas dan mengelabui yang lebih miskin agar si miskin merasa untung dalam menyuplai walaupun bila diteliti lagi tidak untung sama sekali.

Hal macam ini banyak terjadi di dalam jaringan hotel yang justru besar dan terkenal di negri ini.

Pemerintah memberikan bantuan pinjaman modal kerja kepada pengusaha kecil, namun bila perilaku para si kaya (dominan) seperti contoh perhotelan di atas, maka pinjaman modal bagi pengusaha kecil itu semua sia-sia saja. Karna pemberian jauh lebih sedikit daripada penindasan yang harus dialami dan diderita para pengusaha kecil & menengah.


Adapun contoh konglomerat merampok dari para pelanggannya.
SMS semacam pemberitahuan masuk ke HP kita bisa hingga 10x dalam sehari, tanpa kita minta tetapi ternyata SMS itu memakai pulsa kita. Hal macam ini biasa oleh operator telepon dan bank (info keuangan). Anggap saja 1 sms Rp.100,- x 10 juta pelanggan x 10 kali perhari = Rp.10 milyar per hari; uh... enak sekali cara merampoknya, uh... cepat smakin kaya ya... pintar ya, hebat ya ?

http://breadwine.blogspot.com/2009/08/kenyataan-yang-sama-sekali-tidak-logis.html

Semoga para pelaku bisnis dan para kaya yang "beragama" bisa sadar bisa insyaf ...
Para kaya dan konglomerat sebaiknya bila pinjam uang atau dana, ke bank saja,
jangan menikmati penindasan kepada yang lebih "kecil".

Banyak manusia ke tempat ibadah, tetapi hati nuraninya mati
bahkan memang dimatikan oleh hal hal rutinitas, aturan organisasi dan hal "logos" lainnya

Tidak ada komentar: