Minggu, 25 Oktober 2009

ke eksklusif an


2 hari lalu saya belajar dari seorang mantan asisten itelligent angkatan darat, yaitu hal ke-eksklusif-an.

eksklusif itu tidak selalu buruk dan juga tidak selalu baik.

tempat ibadah bersifat eksklusif bagi pemakai eksklusif nya (agama tertentu saja) , tidak bisa dipakai seenaknya oleh "pihak lain". kita makan bersama di meja makan, tentu masing masing secara pribadi memiliki piring & gelas yang eksklusif, kan tidak campur sana sini dengan orang lain kan ?
eksklusif di contoh ini bersifat eksklusif untuk privasi.

dalam acara-acara paguyuban atau perkumpulan suku tertentu, walaupun dihadiri presiden dan pejabat penting lainnya, namun tidak dimuat di koran atau tidak dipublikasikan luas.
contoh ini bersifat eksklusif (mikro) yang di inklusif kan (makro) demi kepentingan nasional

demikian pula hal acara-acara kerohanian yang termasuk memiliki potensi pergesekan suku ras dan agama di dalam suatu wilayah atau negara, hendaklah menggunakan cara-cara yang tidakterlalu eksklusif atau di inklusif kan saja demi kepentingan nasional.

meninjau hal di atas, ada baiknya bila memang bila buat acara kerohanian tidak terlalu vulgar atau bahkan "menantang". baik juga di ruang tertutup dan pengumuman nya tidak terlalu heboh & diberikan keterangan untuk kalangan sendiri. demi kepentingan nasional dan http://breadwine.blogspot.com/2009/05/perbedaan-sudah-ada-sejak-penciptaan.html

agama hanyalah dimensi materi, Isa Almasih pun tidak pernah "mendorong" untuk mendirikan agama tertentu, meng eksklusif kan agama tertentu. bahkan Isa Almasih pun tidak suka bila para muridNYA terlalu mengeksklusifkan diri mereka.

Mereka yang memperjuangkan agamanisasi (yang pada umumnya terselubung), itu bukanlah agamaNYA, itu hanya alat politik. Agama TIDAK menentukan kita diterimaNYA. Agama hanya dimensi materi yang terlalu rapuh dan terlalu mudah dirusak iblis.

Okelah... aku masuk agama Anda, dan seandainya seluruh Indonesia atau pun seluruh dunia masuk agama mu, siapa yang bisa menjamin bahwa tidak ada perbedaan pendapat dan bahkan perpecahan di dalam agama Anda itu ? Siapa yang menjamin tidak ada korupsi, penindasan, penipuan, eksploitasi wanita, rasis, diskriminasi di negeri ini yang seluruhnya beragama Anda ?

Banyak yang mengaku menjunjung tinggi ke ESA an , tetapi ternyata lebih meng esa kan harta, tahta dan wanita, termasuk meng esa kan organisasi manusia. Agama tidak bisa menjamin ke ESA an.
Bila memang benar agama bisa menjamin ke ESA an, maka kondisi Indonesia atau pun dunia ini tidak memburuk seperti sekarang ini.

proses agamanisasi yang hanya berdasarkan "logos" justru akan mempercepat kerusakan agama itu sendiri.

Tidak ada komentar: