Jumat, 12 Februari 2010

gengsi, tahta, hina & kritik


orang yang sedemikian melekat dengan gengsi,jabatan, dan kedudukan, sebagai tempat untuk membangun harga diri, semakin menjadi senditif atau peka terhadap perkataan atau sikap orang sekitarnya, peka gila hormat dan sapaan manis , terlebih dari orang yang pangkat atau status ekonominya lebih rendah. Hal ini sedemikian kuat sehingga terbentuklah tradisi bahwa menghina orang yang berpangkat adalah dosa, tetapi sebaliknya menghina orang yang "lebih rendah" adalah wajar.
Kritik tidak mendapat tempat dalam masyarakat yang menjunjung tinggi gengsi. Mengkritik berarti menghina ?
Dengan tradisi macam itu , maka dibukalah peluang besar untuk berbuat apa saja bagi orang yang "berkedudukan tinggi".

Bila ada "pejabat" institusi agama macam itu tuh... ditegur, diperingatkan, di...

Tidak ada komentar: